Categories
Pikiran Dosen

Waspadai Kelompok Orang Berisiko Terkena Covid-19 di Sekitar Kita

Oleh: Ns. Suratini., M.Kep.,Sp.Kep.Kom – Dosen Program Studi Keperawatan (Ners) UNISA Yogyakarta

Apakah yang dimaksud dengan kelompok resiko kesehatan itu? risk adalah konsep dalam statistik berdasarkan peluang timbulnya penyakit atau masalah kesehatan. Ada beberapa faktor berkontribusi terhadap munculnya kondisi sehat atau tidak sehat. Tidak setiap orang yang terpapar dengan peristiwa yang sama akan memiliki akibat yang sama. Faktor-faktor mempengaruhi apakah penyakit atau akibat lainnya yang tidak sehat akan muncul disebut dengan risiko kesehatan. Risiko kesehatan dapat diklasifikasikan kedalam empat katagori umum yaitu: risiko biologis bawaan atau genetis (inherited biological risk), risiko sosial, risiko ekonomi, reiko akibat gaya hidup, dan life event riks.

Jadi dari definisi tersebut maka yang dimaksud dengan kelompok risiko terkena corona virus 19 adalah kelompok yang memiliki faktor yang melekat pada aspek-aspek dibawah ini :

a. Faktor risiko biologi

Risiko biologi merupakan faktor genetik atau kondisi-kondisi fisik tertentu yang berpeluang untuk terjadinya risiko kesehatan. Penyakit atau masalah kesehatan dari genetika atau dari gaya hidup seseorang berkontribusi terhadap masalah kesehatan. Faktor risiko biologi pada seserang akan memudahkan tertadinya penyakit karena memiliki struktur sel yang sama dengan orang tuanya. Pada orang-orang yang memiliki riwayat penyakit keturunan akan dengan daya tahan tubuh yang kuat bila terpapar corona virus 19 dengan mudah akan menginfeksi karena akan diperparah dengan penyakit yang sifatnya diturunkan. Orang yang mengidap penyakit asma amat mungkin berisiko tertular virus corona, karena virus ini menyerang saluran pernapasan manusia (hidung, tenggorokan, paru-paru), yang dapat menyebabkan serangan asma dan hal ini menyebabkan pneumonia dan penyakit pernapasan akut. Ketika terjangkit COVID-19, penderita asma akan lebih rentan mengalami gangguan pernapasan berat, seperti  serangan asma pneumonia, atau bahkan gagal nafas   dan akan menyebabkan kematian pada penderitanya. Sebaiknya orang yang terkena asma saat pandemi covid 19 untuk tidak keluar luar dan tidak kontak dengan orang lain di luar rumah.

Penyakit keturunan lain adalah diabetes melitus atau penyakit gula yang tidak terkontrol lama-kelamaan dapat menyebabkan lemahnya daya tahan tubuh dan kerusakan pada berbagai organ tubuh. Inilah yang membuat penderita diabetes lebih rentan terkena COVID-19 dan komplikasi fatal akibat infeksi virus Corona. Selain itu, infeksi virus Corona juga terlihat dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi berbahaya dari penyakit diabetes, seperti ketoasidosis diabetik dan sepsis. Berbagai komplikasi diabetes tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian akibat COVID-19 pada penderita diabetes.

Faktor usia juga memiliki peran penting dalam pencegahan penyebaran covid 19. Pada lansia memiliki resiko lebih tinggi kesakitannya karena pada usia tersebut daya tahan tubuhnya tidak sekuat pada usia dewasa sehingga mudah sekali terinfeksi penyakit. Orang lanjut usia yang memiliki umur di atas 65 tahun lebih berisiko atau rentan tertular virus corona. Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang diambil di Amerika Serikat, 31-59 persen orang dewasa berusia 65-84 dan 31-70 persen orang dewasa di atas 85 telah dirawat di rumah sakit karena COVID-19.

b. Faktor risiko sosial

Yang dimaksud dengan faktor sosial adalah interaksi sosial dengan komunitasnya, traveling dan kegiatan lain yang sifatnya melibatkan orang oarng banyak dalam kegiatan. Orang –orang yang banyak terinfeksi Covid 19 selama ini lebih banyak dengan orang yang dengan mobilitas tinggi yang sering bepergian keluar kota karena urusan pekerjaan atau bisnis dan sering berinteraksi dengan orang lain seperti kegiatan, pertemuan, seminar, konferensi, rapat dan lain-lain.

Orang yang sering berinteraksi dengan orang lain memiliki resiko lebih tinggi terkena covid 19 karena covid 19 merupakan penyakit yang disebarkan melalui droplet atau percikan ludah, percikan lendir pada saat orang sakit ini sedang bersin, sedang batuk, itu bisa menyebar merata pada radius sampai dengan satu setengah meter. Padahal setiap kita berinteraksi dengan orang lain yang belum kita kenal tidak mengetahui kondisi kesehatannya dan perilakunya hidup bersih dan sehat yang diterapkan kesehariannya. Kedua tangan kita adalah media yang paling mudah untuk menularkan covid 19 karena selama berinteraksi social karena memegang apapun disekitar kita dan ini merupakan jalur penularan paling efektif pada setiap orang. Jarak ini harus dipatuhi oleh orang-orang untuk mencegah penularan virus Corona covid 19. Jarak itulah yang harus kita jaga lebih dari satu setengah meter atau lebih gampang lagi adalah kurang lebih dua meter inilah yang harus kita pertahankan.

Upaya yang kita lakukan adalah dengan social distance atau menghindari kontak social. Center for Disease Control (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yang merupakan badan Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat, social distancing adalah menjauhi perkumpulan, menghindari pertemuan massal, dan menjaga jarak antar-manusia.

c. Faktor Risiko Ekonomi

Tidak seimbangnya antara kebutuhan dengan penghasilan dapat menyebabkan kesulita , hal ini merupakan resiko untuk timbulnya masalah kesehatan. Risiko ekonomi merupakan cerminan hubungan antara sumber keuangan dan kebutuhan. Keterbatasan ekonomi menyebabkan seseorang akan mengalami keterbatasan dalam menggunakan sumber – sumber untuk kehidupan atau kesehatan. Apabila sumber sesorang tidak adekuat maka akan mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan yang meliputi: tempat tinggal yang layak, pakaian, makanan, pendidikan, perawatan kesehatan/penyakit. Daya beli terhadap pemenuhan kebutuhan pokok terutama makan makanan bergizi, tempat tinggal yang layak termasuk perawatan kesehatan yang rendah akan memiliki risiko mudah terkena covid 19. Pada kelompok ini ini yang rentan adalah lansia mengalami kemunduran di bidang ekonomi, pengurangan penghasilan karena pensiun, sehingga lansia berisiko dalam hal ekonomi dan mempengaruhi kesehatan. Lansia biasanya pemasukkan keuangan yang kurang sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi daya tahan tubuhnya kurang baik dan menyebabkan rentan terkena infeksi covid 19.

d. Life style risk

Kebiasaan atau gaya hidup seperti kebiasaan sehat, persepsi sehat, pengaturan pola tidur, aktivitas keluarga dan norma /perilaku dapat berdampak pada kesehatan. Orang yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang beraktivitas, pola diet yang tidak sehat, merokok, mengkonsumsi alkohol berisiko untuk tertular covid 19.

Berolahraga atau beraktivitas fisik sangat disarankan dilakukan mengingat manfaatnya yang besar untuk menjaga kesehatan tubuh maupun kualitas hidup, dengan berolahraga, seseorang bisa memperbaiki suasana hati, menumbahkan rasa percaya diri, tidur menjadi lebih nyenyak. Olahraga juga memperkecil risiko kita terkena berbagai macam penyakit, seperti jantung, stroke, dan diabetes. Menurut Tamara Hew-Butler, asisten profesor kedokteran olahraga di Wayne State University, Amerika Serikat, menyarankan sebaiknya berolahraga selama 20-45 menit, tiga kali seminggu, untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Orang- orang yang memiliki kebisaaan merokok kuat memiliki risiko tertular covid 19 karena kecenderungan para perokok menggunakan jepitan jarinya ketika mengisap rokok. Jari-jari tersebut belum tentu steril dan seringkali tidak sengaja bersentuhan dengan area bibir. Aktivitas seperti ini meningkatkan probabilitas risiko transmisi virus dari tangan ke mulut.

Para perokok juga lebih berisiko terpapar corona COVID-19 karena intensitas mulut dan paru-paru mereka yang terkena asap. Infeksi virus corona yang menyerang paru-paru menjadikan perokok lebih rentan karena organ pernafasan mereka tidak sesehat orang yang tidak merokok. Karena yang diserang virus corona COVID-19 adalah sistem respirasi (pernapasan) manusia, orang yang merokok memiliki risiko fatalitas lebih tinggi. Apalagi, tingkat fatalitas akibat Covid-19 juga lebih berbahaya pada orang yang sudah memiliki riwayat sakit seperti diabetes, kanker, dan gangguan pernapasan. Demikian juga para perokok yang memiliki riwayat Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), mereka lebih rentan terkena virus corona dengan komplikasi serius. Dilansir dari China CDC, tingkat fatalitas bagi orang dengan riwayat sakit pernapasan adalah 6,3 persen, sementara tingkat kematian pada orang-orang normal sebanyak 2,3 persen. 

e. Life event risk

Kejadian dalam kehidupan juga dapat berisiko terjadinya masalah kesehatan, seperti bertambah atau berkurangnya anggota keluarga, kelahiran, adopsi, atau kematian dan anggota keluarga yang keluar meninggalkan rumah (pendidikan, bekerja, menikah). Perubahan atau pergerakan dari satu tahap ketahap kondisi yang lain disebut sebagai masa transisi, membutuhkan rentang waktu yang berpotensi resiko terkena covid 19. Masa transisi menggambarkan situasi yang baru dan menentukan kebutuhan bagi setiap orang. Masa transisi ini juga dapat menimbulkan stressor setiap orang yang akan mempengaruhi kesehatan. Orang dengan stressor tinggi masa transisi dalam keluarganya biasanya akan dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun jika terpapar virus covid 19 akan menyebabkan mudah terinfeksi.

Stres dalam kehidupan bisa memicu seseorang lebih sering menyentuh wajah tanpa disadari. Hal ini berkaitan dengan perilaku nonverbal kita ketika stres yang perlu diperhatikan. Sebuah penelitian dilansir olehPsychology Today, pernah mengatakan bahwa isyarat penipuan nonverbal atau bahasa tubuh kita berhubungan dengan stres. Misalnya, stres karena berbohong berkaitan dengan gerakan orang menyentuh hidung atau wajahnya. Stres yang meningkat bisa menyebabkan sensitivitas pada selaput lendir rongga hidung sehingga terasa gatal. Kondisi ini akan memicu respons tubuh otomatis menggaruk atau menggosok hidung.

Stres juga bisa menyebabkan mata kering, terutama reaksi otonom akibat rasa takut. Dalam kondisi ini, orang otomatis akan menggosok matanya menggunakan tangan. Padahal tindakan menggosok hidung dan mata itu bisa menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh. Karena itu, stres justru meningkatkan risiko orang terinfeksi virus corona Covid-19.

Bagaimana cara merawat orang yang masuk kelompok risiko tinggi ini?

  1. Menerapkan sosial distancing, yang kini disebut juga physical distancing guna mengurangi risiko terkena COVID-19. Jika harus keluar rumah, batasi jarak dengan orang lain minimal 1,5–2 meter dan hindari kerumunan atau tempat-tempat yang ramai.
  2. Menjalani pola hidup sehat untuk memperkuat daya tahan tubuhnya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rajin mencuci tangan, mengurangi stres, rutin berolahraga di rumah, dan menjauhi asap rokok.
  3. Jika mengalami gejala demam, batuk, atau sesak napas, terlebih jika Anda pernah kontak dekat dengan orang yang menderita atau dicurigai menderita COVID-19, segeralah hubungi rumah sakit atau hotline COVID-19 setempat.