Categories
Kultum Ramadhan

Puasa Dalam Tinjauan Sejarah (2)

Untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, ibadah selama bulan Suci Ramadhan dilakukan di rumah, sampai dinyatakan bahwa wabah sudah berlalu oleh pihak berwenang. Nabi SAW-pun hanya beberapa hari saja jama’ah tarawih di masjid, selebihnya di rumah. https://update.unisayogya.ac.id/covid19/puasa-dalam-tinjauan-sejarah-(2)/ dapat dibacakan oleh imam atau yang ditunjuk ketika jama’ah tarawih atau subuh di rumah. Daftar kultum: https://bit.ly/KultumRomadhon


*Puasa Dalam Tinjauan Sejarah (2)*
Oleh: Rizki Firmansyah – (Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam UNISA)

Sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al Baqarah 2 :183 bahwa puasa yang diwajibkan pada umat Islam sebenarnya juga diwajibkan pada umat-umat sebelumnya. Tetapi bagaimanakah puasa umat dan nabi terdahulu itu?

*Praktik Puasa Masyarakat di Masa Lalu*

Siswono dalam bukunya Puasa Pada Umat-Umat dulu dan Sekarang menyebutkan bahwa puasa sudah dikenal oleh orang-orang bangsa Mesir Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno, Zoroaster, Majusi, Yahudi, Nasrani, Cina Kuno, Jepang Kuno, Budha, Hindu, Manu, Konghuchu, aliran kebatinan dan lainnya. Dari mereka ada yang bertujuan untuk ketenangan batin, mengendalikan nafsu, mengekang jiwa, memperoleh kemudahan belajar, untuk kekebalan, kesaktian dan lain-lain.

Pemeluk agama Mesir Kuno misalkan, mereka melakukan puasa untuk menghormati Tuhan matahari dan sungai Nil, apa yang mereka lakukan itu karena manfaat yang mereka rasakan.

Di kalangan penduduk Yunani Kuno puasa sangat dipentingkan, khususnya bagi perempuan mereka. Para wanitanya ketika berpuasa mereka duduk di atas tanah dengan menunjukan perasaan duka nestapa. Sebagian dari mereka berpuasa beberapa hari secara berutrut-turut terutama menjelang peperangan berlangsung.

Di Romawi Kuno puasa dilaksanakan sebagai bentuk pertobatan dari berbagai penderitaan. Dengan berpuasa jalan kemudahan akan terbuka, mendapat pahala atau membentuk kepribadian. Mereka berpuasa hanya pada hari-hari tertentu dan biasanya sebelum berperang guna mendapat kemenangan.

Masyarakat Cina Kuno yang menganut ajaran Taoisme dan Konfusianisme juga mengenal tradisi puasa. Mereka berpuasa pada hari-hari biasa, juga pada hari tertentu, terutama ketika bencana terjadi dengan tujuan terhindar dari malapetaka

Agama Shinto di Jepang dikenal sebagai orang-orang yang berpantang. Siapa saja tidak boleh menyisir rambut, mencuci, makan daging, maupun mendekati wanita.

Agama Zoroaster yang dikenal pada abad 8 SM di Persia juga memiliki kebiasaan berpuasa.

Umat Yahudi juga berpuasa meski tidak didapati keterangan terperinci tentang itu kecuali hanya berupa pujian dan anjuran bagi mereka yang melaksanakannya. Mereka berpuasa sebagaimana yang dilaksanakan nabi Musa sewaktu menerima wahyu di bukit Sina.

Ritual Berpuasa juga dikenal dikalangan pendeta Hindu (Brahma). Mereka dikenal sangat fanatik, dan sangat patuh pada perintah puasa. Sejak sangat belia mereka telah mengenal puasa yang cukup berat terutama pada aliran Yogi. Di antara mereka ada yang berpuasa sampai 10-15 hari tanpa memakan apapun, atau paling tidak hanya minum beberapa tetes saja.

*Bagaimana dengan puasa para Nabi?*

Ibnu Katsir seorang ulama terkemuka meyakini bahwa puasa telah lama dikenal sejak Nabi Adam dan Hawa. Menurut dia, Adam berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun. Ada pula yang menyatakan kalau nabi Adam berpuasa pada tanggal 10 Muharam sebagai rasa syukur karena bertemu dengan Hawa di Arafah. Sementara yang lain berpendapat nabi Adam berpuasa sehari semalam pada waktu dia diturunkan dari taman surga oleh Allah. Pendapat lain mengatakan Adam berpuasa selama 40 hari 40 malam, ia juga berpuasa untuk mendoakan putera putrinya. Adam juga berpuasa pada hari Jumat untuk mengenang perisitwa penting yakni dijadikannya ia oleh Allah, hari diturukannya ke bumi, dan hari diterima tobatnya oleh Allah.

Nabi Nuh juga melaksankan puasa sepanjang tahun setiap bulan selama 3 hari. Ia-pun meminta kaumnya berpuasa sewaktu mereka terombang-ambing di atas bahtera ditengah samudra luas.

Nabi Ibrahim dikenal dengan kegemarannya berpuasa terutama ketika hendak menerima wahyu dari Allah. Puasa nabi Ibrahim dikuti oleh putranya Ismail dan Ishaq.

Nabi Ya’kub berpuasa untuk keselamatan putra putrinya.

Nabi Yusuf berpuasa ketika berada dalam penjara.

Nabi Yunus berpusa ketika berada dalam perut ikan selama beberapa hari.

Nabi Ayub berpuasa ketika ia hidup dalam kekurangan dan menderita penyakit selama bertahun-tahun

Nabi Syuaib terkenal kesalehannya dengan seringnya ia berpuasa untuk anak-anaknya, disamping sebagai bentuk hidup sederhana, bentuk takwa, dan untuk kelestarian generasi sesudahnya.

Nabi Musa berpuasa selama 40 hari 40 malam sebelum menerima wahyu dibukit Sinai.

Hal yang sama juga dilakukan oleh nabi Ilyas ketika akan pergi ke gunung Horeb untk menerima wahyu dari Allah, juga nabi Isa ketika ia mulai tampil dihadapan umum dan menyatakan diri sebagai rasul.

Nabi Daud biasa berpuasa berselang-seling, ia juga berpuasa 7 hari sewaktu putranya sakit unutk memohon kesembuhan ia menutup diri di kamarnya, dan terus menerus menangis karena sedih, setelah 7 hari putranya meninggal, tetapi ia teruskan puasanya.