Categories
Pikiran Dosen

Corona itu mirip Virus Komputer

Oleh: Arizona Firdonsyah, S.Kom., M.Kom – Dosen Program Studi Teknologi Informasi S1 UNISA Yogyakarta

Corona, nama yang populer dan semakin populer akhir-akhir ini, bukan sebagai merk mobil (ah, kelihatan sekali berapa umur saya, hahaha), namun sebagai virus yang membuat hampir seluruh dunia melakukan isolasi, atau istilah kerennya LOCKDOWN. Nama ilmiah (kalau dalam dunia IT dan film sering disebut dengan Code Name) dari Corona setahu saya adalah Covid-19, entah dapat ide dari mana pemberian Code Name ini, bukan ranah saya untuk membahasnya.

Bicara tentang asal-usul Covid-19, mahluk kecil nan garang ini berasal dari sebuah kota bernama Wuhan. Oh, perlu diketahui, Wuhan ini ada di CHINA, negara luar biasa yang sering disebut dan digoreng isu-isunya, saking rajinnya para penggoreng isu ini, banyak teori konspirasi yang bermunculan tentang Covid-19. Ada yang menganggap Covid-19 ini sebagai tentara Tuhan, ada juga kaum-kaum garis keras dari agama tertentu yang menganggap China biang keladi semua ini sampai-sampai ada yang mengusulkan mengusir orang-orang yang kecipratan darah China dari negaranya, ada juga yang bersikap bodo amat, mati hidup sudah ada yang mengatur, ada juga yang teriak-teriak menyalahkan pihak-pihak tertentu (biasanya pemerintah yang disalahkan), namun pembahasan dan teori konspirasi apapun itu, tidak akan menyelesaikan masalah. Wuhan yang diketahui sebagai kota pertama merebaknya virus Covid-19 sekarang sudah berangsur-angsur membaik, tentunya karena usaha dan kerjasama pemerintah dan warganya.

Mengulik informasi tentang virus Covid-19 (selanjutnya kita sebut Corona saja ya, yang lebih trendy), seorang IT enthusiast pasti sadar bahwa ada kesamaan karakteristik antara virus corona dengan virus komputer. Salah satu yang menjadi ciri virus itu adalah mampu bermutasi. Virus biologis seperti corona mampu meningkatkan kemampuan dirinya dalam berkembang biak dan merusak organ tubuh, sedangkan virus komputer mampu ‘membelah diri’ dan ‘berkembang biak’ di perangkat lunak komputer, kemudian merusak ‘organ tubuh’ si komputer, sama kan?.

Para ahli mengatakan virus corona ini sebenarnya sudah ada sejak lama, cuma, virus ini bermutasi terus, kalau kata orang IT, virus ini selalu meng-UPGRADE kemampuannya, sehingga muncullah tipe virus yang baru, yang belum pernah ada penelitian untuk mencari vaksinnya. Virus MERS dan SARS sebagai pendahulu Covid-19 berasal dari jenis virus yang sama, corona juga, namun memiliki kemampuan yang berbeda, ‘versi’ nya juga lebih lama. Analoginya dengan virus komputer, bisa dilihat dari salah satu jenis virus yang sampai saat ini masih jadi momok dan sering membuat pusing para penggiat IT, yaitu ramnit, virus ini adalah salah satu virus yang menyerang 3 juta komputer dengan rentang waktu 2010-2015 dan masih ada laporan kasus virus ini dengan kemampuan terbaru di tahun 2019. Fakta terbaru yang dilaporkan oleh perusahaan Kaspersky, saat ini ada beberapa virus trojan yang disuntikkan ke dalam file-file yang berkaitan dengan informasi virus corona. Virus tersebut ‘menyamar’ dalam file-file yang berekstensi pdf, mp4, dan docx, yang berisi muatan informasi virus corona. Kita tidak cukup diuji dengan adanya Covid-19, ternyata harus waspada juga dengan virus di perangkat elektronik kita sendiri, apalagi dengan status pandemi global yang membuat kegiatan daring menjadi primadona baru, tentunya membuat virus-virus komputer ini juga berkembang biak dengan ganasnya.

Gerakan work from home (WFH) dan learn from home (LFH) menjadi solusi sementara untuk mencegah penyebaran virus. Beberapa forum kelas maupun pertemuan lainnya harus dilaksanakan dalam video conference jarak jauh. Kenyataannya di Indonesia masih ada SDM di beberapa institusi yang belum siap dengan bekerja ataupun belajar jarak jauh seperti ini. Kondisi ini juga diperparah dengan Youtube yang memperlambat akses ke servernya guna mengurangi penggunaan trafik internet yang berlebihan. Tenaga IT akhirnya di beberapa instansi mau tidak mau harus berfikir ekstra untuk mengatasi hal ini. Berkaca pada kenyataan yang tersebut, Indonesia seharusnya memiliki rencana alternatif yang bisa diterapkan untuk mengatasi masalah terkait teknologi informasi sepert ini.

Masalah infrastruktur teknologi informasi Indonesia belum siap, apalagi SDMnya. Masyarakat Indonesia sangat mudah dimanipulasi dengan informasi-informasi yang menyesatkan. Potensi penyebaran hoax semakin hari semakin mengkhawatirkan. Pemerintah melalui BSSN berkoordinasi dengan Kemkominfo harus bekerja ekstra untuk mengedukasi masyarakat terkait berita-berita yang menyesatkan. Pembatasan bandwith seperti pada era Pemilu tahun lalu mustahil dilakukan, karena bisa berdampak pada aktivitas WFH dan LFH yang digagas oleh pemerintah. Masalah virus ini adalah masalah yang begitu sangat dilematis yang hanya bisa diselesaikan dengan kesadaran dan kedewasaan bersama.

Virus Corona dan Virus Komputer ibarat ‘saudara kembar’ yang selalu membuat para pakar pusing tujuh keliling (hayati lelah Bang … !!!)