Categories
Kultum Ramadhan

Puasa Sebagai Upaya Sehat Mental

Untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, ibadah selama bulan Suci Ramadhan dilakukan di rumah, sampai dinyatakan bahwa wabah sudah berlalu oleh pihak berwenang. Nabi SAW-pun hanya beberapa hari saja jama’ah tarawih di masjid, selebihnya di rumah. https://update.unisayogya.ac.id/covid19/puasa-sebagai-upaya-sehat-mental/ dapat dibacakan oleh imam atau yang ditunjuk ketika jama’ah tarawih atau subuh di rumah. Daftar kultum: https://bit.ly/KultumRomadhon


*Puasa Sebagai Upaya Sehat Mental*
Oleh : Zahro Varisna R – Prodi S1 Psikologi

Puasa merupakan salah satu ajaran agama yang pokok serta ibadah mulia yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Puasa juga merupakan ibadah yang memiliki derajat tinggi di hadapan Allah SWT, tidak hanya puasa wajib tetapi juga puasa-puasa sunnah. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah : 184, yang artinya : “…Maka, itulah yang lebih baik baginya dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. Tentu di balik makna firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 184 tersebut mengandung hikmah dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia ini, baik secara fisik maupun mental (psikis) apalagi di tengah wabah covid-19 ini.

Berkaitan dengan hal tersebut, agama telah sejak dulu memerintahkan umat-Nya untuk berpuasa. Puasa ternyata memiliki rahasia bagi kesehatan, tidak hanya fisik namun juga psikis. Secara psikis, puasa dapat membantu menyeimbangkan syaraf simpatis dan parasimpatis yang mana syaraf simpatis dapat membuat seseorang menjadi stres dan jantung berdebar, sedangkan syaraf parasimpatis dapat memperlambat denyut jantung sehingga menjadikan seseorang lebih tenang serta dapat lebih mengontrol emosi, karena puasa terletak pada kemauan serta kemampuan seorang individu untuk menahan nafsu yang mana ditanamkan prinsip bahwa kita sendiri yang berkuasa terhadap diri kita sendiri (menahan nafsu), serta manusia dapat menjadi raja bagi dirinya sendiri / memimpin dirinya sendiri. Menahan nafsu salah satunya yaitu menahan marah dimana orang yang berpuasa secara benar selayaknya dapat lebih menahan amarahnya, karena ternyata marah secara medis juga memiliki efek atau dampak negatif bagi psikis maupun fisik seseorang.

Hal tersebut terbukti dalam penelitian ilmiah bahwa ketika sedang marah (baik yang dipendam maupun yang dimuntahkan) memicu refleks syaraf simpatis berupa meningkatnya kadar hormon adrenalin dalam darah sehingga memunculkan refleks siaga yang dapat dirasakan sensasinya seperti cepatnya irama denyut jantung, otot yang menegang, tekanan darah yang naik, keringat dingin, dan lain sebagainya.

Selain itu, dengan berpuasa terbukti berdasarkan penelitian dapat mengatasi gangguan kecemasan, insomnia, rendah diri bahkan mampu meningkatkan kreativitas seseorang, serta memupuk kepedulian sosial / empati. Kecemasan, insomnia serta rendah diri dapat menurun dikarenakan puasa merupakan ibadah yang menenangkan jiwa, sedangkan kreativitas meningkat saat puasa dikarenakan aktivitas beribadah (dalam hal ini puasa) merupakan proses pembersihan jiwa sehingga menjadikan seseorang mudah mendapatkan pengetahuan dari Allah SWT. Kepedulian sosial dikarenakan seorang yang berpuasa dapat merasakan orang yang kurang mampu yang sering merasakan lapar, hingga menjadikan orang yang berpuasa dapat lebih berempati kepada orang-orang lain yang kehidupannya tidak seberuntung dirinya, apalagi di situasi darurat covid-19 ini yang mana masyarakat banyak yang terkena PHK bahkan untuk sekedar berbuka puasa saja ada yang hanya memakan nasi garam.

Oleh karena itu, puasa sangat bermanfaat untuk psikologis kita, sehingga mari kita maksimalkan ibadah puasa Ramadhan 1441 H ini untuk meraih kesehatan spiritual, fisik maupun jiwa.