Categories
Kultum Ramadhan

Membentengi Diri dan Keluarga dengan Tiga Perisai

Untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, ibadah selama bulan Suci Ramadhan dilakukan di rumah, sampai dinyatakan bahwa wabah sudah berlalu oleh pihak berwenang. Nabi SAW-pun hanya beberapa hari saja jama’ah tarawih di masjid, selebihnya di rumah. https://update.unisayogya.ac.id/covid19/membentengi-diri-dan-keluarga-dengan-tiga-perisai/ dapat dibacakan oleh imam atau yang ditunjuk ketika jama’ah tarawih atau subuh di rumah. Daftar kultum: https://bit.ly/KultumRomadhon


*Membentengi Diri dan Keluarga dengan Tiga Perisai*
Oleh: Dwi W Indah Fajarwati – Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam UNISA

Terdapat tiga hal yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dan keluarga dari segala, kejahatan, kemaksiatan, dan segala keburukan lainnya. Tiga hal itu mampu menjadi perisai jika senantiasa dilakukan secara istiqomah (terus menerus dan teratur), yaitu:

*Syukur*

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7). 

Ayat ini sering sekali dinukil dalam setiap pembicaraan terkait syukur. Pertanyaannya adalah syukur yang bagaimanakah yang dapat memunculkan tambahan nikmat dari Allah dan menjauhkan azab-Nya, sebagaimana yang tersebut dalam ayat ini?.

Ahmad ibn Faris dalam karyanya Maqayis al-Lughah mengemukakan beberapa makna dari kata syukur ini, diantaranya adalah pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh seseorang. Dengan makna ini maka bersyukur dilakukan dengan cara mengucapkan pujian pujian atas karunia yang telah Allah berikan. Syekh ar-Raghib al-Ashfahani dalam Mufradat-nya berpendapat bahwa kata syukr juga berarti sebagai upaya untuk mau menampakkan nikmat-nikmat Tuhan ke permukaan (baca QS adh dhuha (93):11).   

Oleh karenanya bersyukur dapat dipahami sebagai pengakuan dengan hati dengan kesadaran penuh bahwa kenikmatan yang sedang diperolehnya baik sedikit maupun banyak, baik berupa keadaan yang mudah maupun sulit merupakan karunia dari Allah. Kemudian kesadaran itu mendorong lisan untuk mengucapkan pujian-pujian, dan memanifestasikannya dalam sebuah amal sholih untuk menambah kebaikan nikmat yang dimaksud.

*Shodaqoh*

Jika merujuk pada ayat ayat al-Qur’an misal al Baqorah (2): 195, dan 274, maka bersedakah dalam hal ini adalah bersedekah dalam bentuk harta (berinfaq). Namun sesungguhnya shodaqoh mempunyai makna yang lebih luas, tidak melulu terkait harta. Yang perlu diperhatikan disini adalah apa syarat dari shodaqoh yang mampu menjadi perisai diri dan keluarga?. Syarat tersebut meliputi 3 hal: 1). Shodaqoh dilakukan dengan penuh keihlasan dan hanya mengharap ridho Allah, 2). Bershodaqoh tidak hanya di saat lapang, tapi juga di saat sempit , 3). Dilakukan dengan istiqomah (terus menerus setiap hari) meskipun dalam jumlah yang sedikit.

*Do’a dan dzikir*

Banyak sekali ayat al Qur’an yang menjelaskan tentang doa, misal QS. Al-Ar’af (7): 55-56. Namun yang terpenting dalam rangka menjadikan doa sebagai perisai adalah: Doa dipanjatkan sesuai dengan kebutuhan, karena do’a yang demikian ini akan dipanjatkan dengan sepenuh hati dengan tadhoru’ dan khufyah (rendah hati, berharap harap cemas jika doa itu tidak dikabulkan). Dengan kata lain, seorang muslim harus mengerti tujuan hidupnya, dan mengerti segala kebutuhan untuk mencapai tujuan tersebut.

Do’a itu bersifat aktif, artinya ada ihtiar yang bersanding dengan do’a sebagai wujud keseriusan dari do’a yang dipanjatkan.

Adapun dzikir, adalah upaya untuk senantiasa menghadirkan Allah di setiap waktu bahkan setiap tarikan nafas. Sedangkan dzikir terbaik adalah sholat, karena dalam sholat terakumulasi banyak kebaikan: penghambaan, wujud kebersyukuran, dzikir dan do’a. Oleh karenanya, memperbaiki kualitas dan kuantitas sholat adalah hal utama yang harus dilakukan dalam rangka membentengi diri dari segala keburukan.

Dzikir termasuk juga di dalamnya adalah memperbanyak istighfar. Setiap melakukan sekecil apapun kesalahan sesegera mungkin diikuti dengan istighfar dan mengaitkannya dengan sifat sifat Allah (asmaul Khusna) .