Categories
Kultum Ramadhan

Menjaga Empati di Masa Pandemi

Untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, ibadah selama bulan Suci Ramadhan dilakukan di rumah, sampai dinyatakan bahwa wabah sudah berlalu oleh pihak berwenang. Nabi SAW-pun hanya beberapa hari saja jama’ah tarawih di masjid, selebihnya di rumah. https://update.unisayogya.ac.id/covid19/menjaga-empati-di-masa-pandemi/ dapat dibacakan oleh imam atau yang ditunjuk ketika jama’ah tarawih atau subuh di rumah. Daftar kultum: https://bit.ly/KultumRomadhon


*Menjaga Empati di Masa Pandemi*
Oleh: Taufiqur Rahman – Wakil Rektor I UNISA Yogyakarta

Saat ini kita sedang menghadapi musibah penyebaran virus Covid-19 yang bukan hanya melanda negeri kita Indonesia, tetapi telah menjadi bencana global yang menimpa hampir seluruh negara di dunia. Musibah ini nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir disaat umat Islam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan tahun 1441 Hijriyah.

Salah satu sikap yang penting untuk dijaga dan ditumbuhkan dalam menghadapi musibah adalah meningkatkan empati kepada lingkungan sekitar kita dan pihak-pihak yang terkena dampak dari musibah tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, empati dimaknai sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan, perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Seseorang yang telah tertanam empati dalam dirinya akan menghindari sikap individualistis dan mencoba memahami sudut pandang orang lain dalam menghadapi musibah.

*Menumbuhkan Empati*

Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menumbuhkan empati. Diantara ilustrasi tentang empati dalam Al-Qur’an misalnya bisa kita temukan dalam surat An-Nisa ayat 8:

وَإِذَا حَضَرَ ٱلۡقِسۡمَةَ أُوْلُواْ ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينُ فَٱرۡزُقُوهُم مِّنۡهُ وَقُولُواْ لَهُمۡ قَوۡلٗا مَّعۡرُوفٗا

Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik (QS An-Nisa 4: 8).

Ayat ini menggambarkan ketika dalam proses pembagian hak waris ada kerabat, anak yatim atau orang miskin yang hadir, maka sebaiknya mereka juga diberi bagian sepantasnya dengan disertai perkataan yang baik. Menurut Buya Hamka perilaku ini adalah wujud dari obat hati bagi pihak-pihak yang menyaksikan pembagian harta warisan tersebut.

Selain pesan Al-Qur’an tersebut, Rasulullah Muhammad SAW juga menyatakan pentingnya empati itu dalam beberapa hadits tentang adab bertetangga. Misalnya tuntunan untuk memperbanyak kuah pada saat memasak dan membaginya dengan tetangga atau tuntunan di hadits yang lain untuk tidak mengganggu tetangga dengan bau masakan kita, kecuali kita rela untuk berbagi masakan tersebut.

Pesan Al-Qur’an dan hadits di atas jelas menggambarkan bahwa dalam situasi kehidupan masyarakat yang normal sekalipun, empati itu penting untuk ditumbuhkan, apalagi dalam suasana keprihatinan sebagaimana kondisi kita saat ini ketika harus berjuang bersama-sama menghadapi pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia.

*Empati di Masa Pandemi*

Pertanyaannya, kepada siapa empati itu harus kita tunjukkan. Banyak pihak yang mestinya kita coba pahami kondisi, perasaan dan pikirannya dalam situasi seperti sekarang ini.

Pertama, empati itu harus kita tunjukkan kepada tenaga kesehatan beserta tim pendukung yang sudah berjuang di garis depan dalam memeriksa, merawat dan melayani pasien yang terkena penyakit ini. Meskipun banyak penyakit lain yang lebih mematikan dari Covid-19, daya penularan penyakit ini sangat tinggi sehingga kemungkinan untuk tertular penyakit bagi para pejuang di garda depan itu juga sangat besar.

Kedua, empati juga harus kita tunjukkan kepada pasien yang terkena penyakit ini. Covid-19 bisa menyerang siapa saja tanpa memandang agama, jabatan, profesi maupun status sosial ekonomi. Tidak ada orang yang secara sukarela mau terkena penyakit. Selain rasa sakit yang diderita, para pasien yang sudah dinyatakan positif terkena penyakit ini mengalami kendala mobilitas yang membatasi ruang gerak mereka. Sehingga apabila ada warga di sekitar kita yang terkena, maka kita wajib membantu sebatas kemampuan masing-masing untuk meringankan beban penderita.

Ketiga, banyak warga masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan penghasilannya menurun drastis karena terkena dampak dari musibah ini.

*Empati di Sekitar Kita*

Bagi kita yang masih diberi kelancaran rezeki mestinya kita tunjukkan empati dengan memberikan uluran tangan kepada warga masyarakat yang membutuhkan. Misalnya dengan membeli dagangan para pedagang kecil yang kesulitan untuk menjual dagangannya atau bentuk-bentuk uluran tangan lain yang dapat meringankan beban saudara-saudara kita yang terkena dampak ekonomi dari musibah ini.

Semoga rasa empati yang kita bangun dan terus kita jaga di bulan Ramadhan ini mampu meringankan beban saudara-saudara kita yang terkena dampak dari musibah pandemik Covid-19 ini dan kita semua bisa menjalani Ramadhan tahun ini dengan senyum dan optimisme untuk hari esok yang lebih baik.