Untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, ibadah selama bulan Suci Ramadhan dilakukan di rumah, sampai dinyatakan bahwa wabah sudah berlalu oleh pihak berwenang. Nabi SAW-pun hanya beberapa hari saja jama’ah tarawih di masjid, selebihnya di rumah. https://update.unisayogya.ac.id/covid19/ramadhan-momen-persatuan-umat/ dapat dibacakan oleh imam atau yang ditunjuk ketika jama’ah tarawih atau subuh di rumah. Daftar kultum: https://bit.ly/KultumRomadhon
*Ramadhan Momen Persatuan Umat*
Oleh : Gerry Katon Mahendra – Prodi Administrasi Publik
Periode awal hingga pertengahan tahun 2020 nanti dirasa akan menjadi momen cukup berat yang akan dirasakan oleh hampir semua pihak yang ada di berbagai belahan bumi ini, termasuk kita masyarakat Indonesia. Mulai dari kekhawatiran mengenai isu pecahnya perang dunia ketiga hingga wabah pandemi Covid-19 yang melumpuhkan berbagai sendi kehidupan masyarakat. Bahkan, jelang memasuki bulan suci Ramadhan 1441 Hijriah pemerintah kita juga sudah merilis kebijakan penyesuaian pelaksanaan ibadah selama bulan suci Ramadhan hingga nanti ketika Idul Fitri tiba. Mulai dari himbauan pelaksanaan Tarawih di rumah dan peniadaan Sholat Ied berjamaah. Tentu saja, berbagai kebijakan yang dikeluarkan tersebut nantinya akan memberikan dampak bagi ummat Muslim sekaligus penilaian pro-kontra.
Namun, terlepas dari masih merebaknya wabah dan potensi munculnya pro-kontra kebijakan dalam pelaksanaan ibadah Ramadhan 1441 Hijriah, ummat Muslim juga patut menyadari dan wajib mensyukuri akan pertemuannya dengan Ramadhan tahun ini. Rasa syukur patut diwujudkan dalam kegiatan intensifikasi ibadah selama Ramadhan. Selain itu, berkaitan dengan masih meluasnya wabah Covid-19, juga perlu menerapkan kegiatan dengan berlandaskan semangat untuk membuat keadaan Negara ini menjadi lebih baik. Kunci dari keberhasilan dalam upaya membantu negara ini keluar dari wabah adalah dengan menanamkan sikap persatuan ummat.
*Momen Persatuan Umat*
Persatuan tersebut dimaknai sebagai bentuk keselarasan baik dalam pola pikir, sikap, dan tindakan di lapangan. Sebagaimana diterangkan dalam Q.S. Ali Imran [3]: 103 :
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
“Dan berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” Q.S. Ali Imran [3]: 103 :
Ayat tersebut diatas dapat dimaknai bahwa persatuan dan kekuatan ummat dapat dicapai dengan mengindahkan perintah untuk taat pada nilai agama, taat pada kebijakan pemimpin yang bermanfaat untuk kesehatan dan keselamatan ummat, serta bersama-sama menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Momentum Ramadhan kali ini, sangat tepat rasanya jika semangat tersebut dimaknai dan diimplementasikan dalam diri kita masing-masing. Tetap khusyuk beribadah selama Ramadhan, kurangi perdebatan non-substantif, mendukung anjuran dan himbauan pemerintah tentang tata cara penyesuaian ibadah selama Ramadhan, dan tetap mampu bermanfaat bagi sesama ummat melalui kegiatan sosial. Tiga poin penting tersebut, apabila mampu kita laksanakan dengan baik maka diharapkan akan menghasilkan suatu nilai persatuan dan kekuatan bersama dalam membawa Negara kita tetap tenang dalam menjalankan ibadah Ramadhan 1441 Hijriah sekaligus mampu selamat dari wabah Covid-19.