Categories
Kultum Ramadhan

Tips Mendidik Anak Berpuasa Ramadhan Sejak Usia Dini (2)

Untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, ibadah selama bulan Suci Ramadhan dilakukan di rumah, sampai dinyatakan bahwa wabah sudah berlalu oleh pihak berwenang. Nabi SAW-pun hanya beberapa hari saja jama’ah tarawih di masjid, selebihnya di rumah. https://update.unisayogya.ac.id/covid19/tips-mendidik-anak-berpuasa-ramadhan-sejak-usia-dini-(2)/ dapat dibacakan oleh imam atau yang ditunjuk ketika jama’ah tarawih atau subuh di rumah. Daftar kultum: https://bit.ly/KultumRomadhon


*Tips Mendidik Anak Berpuasa Ramadhan Sejak Usia Dini (2)*
Oleh: Enny Fitriahadi – Prodi Kebidanan Program Sarjana Terapan

Alhamdulillah, segala puji hanya kepada Allah SWT. Kita bersyukur hingga hari ini diberi kekuatan dan kesempatan untuk menjalani hari-hari Ramadhan dengan penuh amal kebaikan, marhaban ya ramadhan.

Sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW nabi junjungan kita semua, yang mengisi Ramadhan dengan sepenuh amal dan ibadah yang barokah. Memberikan contoh kepada kita beragam amal yang disyariatkan dalam Ramadhan yang mulia. Semoga kita mampu meniru dan menjalankannya.

*Tips Mendidik Anak Berpuasa Ramadhan*

*Mengajarkan anak tentang Rukun Islam dan mengamalkannya*

Dari Abu Abdirrahman bin Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata :“Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu: Syahadat bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah al Haram”.

Puasa merupakan salah satu dari lima Rukun Islam dalam agama Islam. Hal pertama yang harus dilakukan orang tua dalam mengajarkan anak-anak untuk puasa adalah menanamkan ajaran agama kepada putra-putrinya. Hasilnya mereka akan dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan apa ilmu agama yang mereka dapat dengan baik. Setelah itu, mereka juga mengetahui bagaimana cara berbakti kepada kedua orang tua. Sehingga mereka dapat mengakrabkan diri mereka pada ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

*Bercerita tentang keutamaan-keutamaan puasa*

Sesuai dengan Dalil Al-Qur’an yang mewajibkan puasa adalah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”.

Pada bulan Ramadhan, setiap muslim yang sehat diwajibkan berpuasa pada siang hari. Puasa dalam pengertian bahasa adalah menahan dan berhenti dari sesuatu yang dilarang. Sedangkan menurut istilah agama artinya menahan dari segala hal yang membatalkan puasa, yaitu makan, minum dan hubungan kelamin. Waktu puasa adalah sejak terbit fajar (waktu subuh) hingga matahari terbenam. Dengan kata lain, sejak masuk waktu Subuh hingga masuk waktu Maghrib dan disertai dengan niat.

*Bercerita tentang larangan dalam puasa*

Larangan utama dalam keutamaan puasa adalah makan, minum, dan berhubungan kelamin dimulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Ketika melaksanakan ibadah puasa, manusia bebas, tidak ada yang mengawasi dari pihak luar kecuali dari Allah semata. Tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui apakah seorang itu sedang berpuasa atau tidak. Jika ia tidak berpuasa, tidak akan ada yang tahu.  Dia sendirilah yang mengetahui rahasia tentang dirinya, apakah ia benar berpuasa atau tidak. Ini berarti bahwa seseorang telah melatih diri sendiri untuk jujur dalam pelaksanaan ibadah dan dari hal tersebut ia akan merasakan manfaat beriman kepada Allah SWT. Hanya taqwa orang tersebut kepada Allah sajalah yang mendorong untuk benar-benar dan sungguh berpuasa. Bertaqwa kepada Allah merupakan salah satu dari enam Rukun Iman dalam agama Islam.

*Orang tua memberikan contoh tauhid yang baik*

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”

Libatkan anak dengan rutinitas puasa. Ikut sertakan anak ketika sahur. Tidak usah terlalu ekstrim. Berikan makanan yang sesuai dengan keinginannya dan biarkan anak mencoba puasa dengan perlahan. Ajak mereka untuk membuat takjil, membersihkan, dan mendekor rumah. Melibatkan mereka dalam tradisi bulan Ramadhan akan membuat mereka

*Bercerita tentang bahaya meninggalkan puasa*

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda ketika datang bulan Ramadhan: Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk berpuasa, dalam bulan ini pintu Jannah dibuka, pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilainya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya (tidak beramal baik didalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini). (HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).

Jika kita menasihati anak dengan cara memberitahu hadits-hadits atau dengan manfaat membaca Al Quran yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan kepada anak-anak kita dengan cara bercerita, anak akan mudah memahami dan mengerti. Sehingga mereka akan menghindari apa akibatnya jika kita meninggalkan puasa wajib di bulan Ramadhan.

*Tidak memaksa*

Rasulullah mengajarkan puasa pada anak yang dapat kita praktekan. Kita dapat melatih anak-anak agar berpuasa sejak dini. Jika anak-anak sudah mulai meminta makan karena mereka telah merasa lapar, kita dapat memberikan pengalihan perhatian dengan mengajak bermain atau pergi mencari hiburan. Cara ini dapat membuat anak-anak lupa akan rasa laparnya dan mereka dapat melanjutkan puasanya sehingga bisa bertahan sampai datangnya waktu berbuka. “Setelah adanya pengumuman itu, kami berpuasa dan mengajak anak-anak untuk melaksanakan puasa. Dilatih sejak usia dini

Melatih anak puasa Ramadhan dimulai pada usia 5 tahun dengan berpuasa setengah hari terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan puasa penuh satu hari dalam satu bulan. Melatih puasa ini disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi anak. Ada yang melatih puasa Ramadhan dari mulai usia 5 hingga 10 tahun. Hal ini dilakukan agar anak-anak nantinya terbiasa dalam melakukan ibadah. Keistimewaan Puasa Ramadhan bagi anak dapat menjadikannya lebih bertaqwa kepada Allah SWT.

*Bersikap tegas*

Dalam membiasakan ibadah pada anak orang tua juga perlu bersikap tegas, tetapi tidak bersifat memaksa supaya anak mau melaksanakannya dan tidak kalah pentingnya sikap disiplin yang baik dari orang tua juga sangat menentukan dalam pembentukan kebiasaan beribadah pada anak. Sehingga dapat memberi motivasi terhadap anak-anaknya dalam melaksanakan ibadah secara teratur karena Allah SWT.

Orang tua memberikan contoh dalam puasa wajib selama satu bulan yaitu pada saat bulan Ramadhan. Dari sinilah anak-anaknya menirukan puasa selama sebulan di bulan Ramadhan.

Membiasakan anak-anak bangun untuk sahur selama bulan Ramadhan dan berhenti makan saat Imsak. Setelah itu mendirikan sholat Subuh bersama keluarga merupakan bentuk kebiasaan-kebiasaan yang akan ditiru anak-anak hingga mereka dewasa. Keutamaan sholat berjamaah juga dapat membuat tali silaturahmi antara keluarga terjalin semakin akrab.

*Mengajarkan anak untuk menghormati orang yang sedang berpuasa*

Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz; dia berkata, “Rasulullah mengutus untuk mengumumkan pada pagi hari asyura’ di wilayah kaum Anshar yang berada di sekitar kota Madinah. “Barang siapa yang pagi hari ini beruasa, hendaklah menyelesaikannya. Barang siapa yang tidak berpuasa, hendaknya menahan (makan dan minum) sampai malam.”

Jika anak tidak sanggup melakukan ibadah puasa, mereka diajarkan bagaimana caranya untuk menghormati orang yang sedang berpuasa. Seperti tidak makan dan minum di hadapan orang yang sedang berpuasa. Lalu mereka diingatkan agar menahan makan dan minum sampai waktunya berbuka puasa.

Selain menghormati kepada yang sedang berpuasa, anak juga dinasehati agar menghormati pula orang yang tidak berpuasa. Agar anak tidak mengejek orang-orang yang tidak berpuasa karena perbedaan agama. Dengan menghormati perbedaan, akan dirasakan sendiri manfaat toleransi antar umat beragama.

*Memberikan ganjaran*

Orang tua dapat memberikan ganjaran berupa hadiah yang disukai anak-anak jika mereka dapat menyelesaikan puasa mereka dalam sehari atau sebulan penuh. Anak-anak akan lebih bersemangat dalam menjalankan puasa. Tetapi hal ini tidak baik jika diteruskan sampai mereka beranjak besar. Mereka harus diajarkan pula kalau mereka wajib menjalankan ibadah puasa bukan karena diberi hadiah melaikan karena perintah Allah SWT yang wajib dijalankan.

Penanaman tauhid anak lebih ditekankan pada pelatihan dan pembiasaan puasa pada bulan Ramadhan ini dengan menggunakan metode keteladanan agar anak mudah untuk meniru dan dijadikan sebagai sebuah kebiasaan. Serta peran penting orang tua sangat diperlukan bagi anak dalam belajar melaksanakan ibadah puasa.

*Memberikan pemahaman ringan seputar Puasa*

Sungguh anak kecil usia tujuh tahun bahkan kurang, pada saat ini telah mampu dengan mudah untuk diajak dialog. Semakin ia mengetahui alasan dan pentingnya berpuasa, maka akan semakin mudah melatihnya berpuasa. Anak-anak kita pun akan menjalankannya dengan lebih ringan saat meyakini apa yang dilakukannya berpahala.

*Memberikan Motivasi Terbaik*

Motivasi disini memang sangat unik jika terkait dengan anak-anak. Kebiasaan yang berlaku disekitar kita adalah memberikan hadiah kepad mereka yang bisa menuntaskan puasanya dengan sempurnya. Maka jumlah hadiah disesuaikan dengan jumlah hari mereka berpuasa (baca: Keutamaan Puasa Ramadhan). Kebiasaan ini tidak sepenuhnya salah, namun motivasi disini tidak harus berupa barang dan materi yang itu-itu saja.

Mungkin saja kita bisa arahkan ke hadiah yang lebih baik dari itu semua, misalnya diberikan uang untuk bersedekah, uang untuk membeli buku, uang untuk infaq palestina.

Jadi pada satu sisi kita memotivasi, sisi yang lain juga mengarahkan kemana sebaiknya hadiah tersebut digunakan. Ini hanya sekedar contoh ringan, saya yakin bapak dan ibu sekalian lebih tahu hadiah yang terbaik buat anak-anaknya.

Persiapan Puasa yang Matang

Anak-anak kita dalam masa pertumbuhan yang sangat sensitif, mereka membutuhkan asupan gizi yang cukup. Jangan jadikan puasa sebagai hal yang membuat mereka kekurangan gizi dan menjadi lemah (baca: Tips Jaga Kesehatan Saat Puasa).

Karenanya para orangtua hendaknya berlaku serius dalam mempersiapkan hidangan sahur bagi putra-putrinya.Pastikan bahwa mereka akan mampu menjalaninya dengan baik,karena kita telah menghidangkan modal yang cukup saat sahur dan berbuka.

Membuat Kesibukan yang Menyenangkan

Sebuah riwayat shohih dari Rubayyi binti Muawidz, ia berkata:” Di pagi Asyura’ Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan ke kampung-kampung Anshar :” Siapa yang pagi ini dalam keadaan puasa maka sempurnakanlah puasanya, dan barangsiapa yang pagi ini dalam keadaan tidak berpuasa, maka berpuasalah pada sisa hari ini. Dan kamipun melakukan puasa Asyura’.

Berpuasa seharian bagi sebagian besar anak kecil adalah sesuatu yang berat dan sangat menyiksa diri. Kita tidak bisa membiarkan mereka larut dalam kondisi sedemikian. Karenanya perlu dilakukan langkah dan upaya untuk menyibukkan mereka agar lalai dari rasa lapar dan dahaga. Inspirasi semacam ini bisa kita dapatkan dari bagaimana cara sahabat mendidik anakanaknya untuk berpuasa.

Sebagaimana kami menyuruh puasa anak-anak kecil kami, dan kami beserta putra-putra kami berangkat ke masjid dengan menjadikan mainan dari kapas buat mereka, jika ada salah seorang dari mereka menangis minta makanan, kami berikan mainan itu kepadanya sampai masuk waktu berbuka” (HR Bukhari dan Muslim)

Melatih Secara Bertahap

Rasulullah SAW telah memberikan panduannya saat memerintahkan kita untuk mengajarkan anak kita melakukan ibadah sholat . Beliau bersabda dari lisannya yang mulia: “Perintahkanlah anak-anakmu untuk sholat saat usia tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak mengerjakannya) saat usia sepuluh tahun “ (HR Abu Daud)

Maka hendaknya latihan puasa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan, dari tahun ke tahun ditargetkan ada peningkatan. Karenanya memulai sejak usia dini merupakan salah satu langkah sukses menuju tahapan-tahapan selanjutnya.

Kebiasaan masyarakat kita yang mengistilahkan “puasa sambung” dan “puasa mbedhug” atau berbuka saat dhuhur menjelang dan melanjutkan puasa setelahnya, ini menunjukkan sebenarnya langkah positif ini sudah dianut masyarakat kita dalam mengenalkan anak-anaknya berpuasa.

*Minta anak untuk puasa dari makanan tertentu saja*

Jika anak sudah terbiasa makan makanan tertentu atau makanan kesukaannya, mintalah anak untuk menghindari makanan tersebut saat berpuasa. Misalnya, jika anak suka cokelat dan keripik, mintalah anak untuk tidak memakannya selama jam puasa.

Mengajarkan hal ini ketika anak puasa juga dapat membantu menghilangkan kebiasaan buruk pola konsumsi anak.

*Beri penghargaan pada anak jika ia telah sukses menjalankan puasa*

Terlepas dari berapa jam anak sudah puasa atau berapa hari anak mengikuti puasa, sebaiknya beri penghargaan kepada mereka. Penghargaan ini dapat menambah semangat anak untuk ikut menjalankan ibadah puasa lagi dan lagi. Anda tidak harus memberi hadiah, cukup dengan memujinya dan mengatakan bahwa ia adalah anak yang hebat.

Dengan begitu, ia akan merasa senang dan makin semangat untuk puasa. Anda juga bisa menyediakan makanan kesukaan anak saat waktunya berbuka. Hal ini menjadi salah satu hal yang akan membuat mereka senang menjalankan ibadah puasa.

Jangan biasakan memberi hadiah ke anak dengan makanan manis karena dapat membawa dampak buruk bagi kebiasaan makannya. Misalnya :

  1. Rencana buka puasa istimewa. Buatlah rencana bersama anak mengenai buka puasa istimewa.
  2. Baju Koko dan mukena baru. Ajak anak belanja baju Koko atau mukena baru dari sebelum bulan Ramadhan, agar anak semakin semangat ikut puasa.

*Menghias rumah dengan perak-pernik Ramadhan*

Orang tua bisa membuat spanduk mini atau bunting Flag bertuliskan “selamat berpuasa” atau “marhaban ya Ramadhan” kemudian tempel di dinding ruang makan. Bisa juga menghias dengan balon dan pita, agar ia semakin bersemangat saat makan sahur dan berbuka puasa.