Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas `Aisyiyah Yogyakarta memberikan pembekalan melalui webinar terkait kesiapan dalam meluluskan angkatan pertamanya, Selasa (21/07).
FST Unisa Yogya saat ini memiliki tiga program studi yang sudah terakreditasi B meliputi Arsitektur, Bioteknologi dan Teknologi Informasi, Arsitektur dan Bioteknologi adalah prodi yang siap meluluskan mahasiswanya pada tahun ini.
Webinar seri ketiga FST ini menyajikan tema “Challenges & Opportunities For Talents in The Post-Covid World”. Berdasarkan tema tersebut, FST Unisa Yogya memberikan modal kesiapan kepada mahasiswa dalam melihat tantangan dunia kerja pasca pandemi Covid-19 tersebut.
Webinar ini di isi oleh pembicara- pembicara yang kompeten pada bidangnya tersebut, yakni Taufiqur Rahman, SIP., MA.,Ph.D selaku Wakil Rektor I Unisa Yogya, Shofwan Al Banna C., S.Sos., M.A., Ph.D selaku Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, dan Akhyari Hananto sebagai Pengamat Teknologi yang juga pendiri media daring Good News From Indonesia (GNFI).
Pembahasan dimulai oleh Taufiqur Rahman yang membahas tentang peluang dan tantangan dunia kerja pasca pandemi Covid-19. Dalam pembahasannya, Taufiq memberikan data berupa forecast atau prediksi yang dikemukakan oleh World Economic Forum. Data-data tersebut mengungkapkan bahwa kedepannya manusia tidak hanya bersaing dengan manusia, akan tetapi juga bersaing dengan mesin.
“Dalam beberapa tahun kedepan kolaborasi virtual akan menjadi semakin penting, karena pandemi ini sulit untuk membuat (atau merealisasikan) physical interaction,” ujar Taufiq.
Dalam memahami situasi yang tengah sulit ini, Taufiq juga memberikan pembekalan berupa keterampilan yang harus dimiliki seseorang untuk bersaing di dunia kerja, seperti sifat problem solving, kreativitas, hingga emotional intelligence. Selain itu, Taufiq memberikan irisan betapa Unisa Yogya mengedepankan aspek-aspek tersebut melalui @Prime yang merupakan core values di Unisa Yogya.
“Unisa punya core values yang ingin kita kedepankan berupa Profesional Qur’ani dengan lima nilai, yakni amanah, profesional, iman-ilmu-amal, moralitas, serta excellent atau keunggulan (@Prime), sehingga kita mempunyai nilai-nilai lebih dari yang lain dalam berkompetisi,” tegas Taufiq.
Pembahasan kedua dibawakan oleh Shofwan Al Banna yang membahas keterkaitan prediksi- prediksi kehidupan dengan hari ini. Pada pembahasannya, Shofwan memfokuskan pada dua karakter pandemi, yakni disruptif dan akseleratif. Menurut Shofwan, dua hal ini adalah kondisi-kondisi yang akan kita dapatkan ketika hidup di masa pandemi.
“Forecast membantu kita menebak secara garis besar masa depan, tapi penting untuk dicatat bahwa kita masih ada di hari ini dan kita belum tahu masa depan seperti apa,” ujar Shofwan.
Dalam pembahasan selanjutnya, Shofwan mengaitkan pandemi hari ini dengan pandemi yang terjadi di masa lampau, seperti contohnya Flu Spanyol. Menurut Shofwan, setiap pandemi pasti melahirkan perubahan-perubahan, baik perubahan yang disruptif maupun perubahan yang akseleratif. Shofwan juga memberikan gambaran tentang bagaimana seharusnya seseorang menyikapi hal ini, yaitu Shofwan menjelaskan istilah Grass Root Innovation yang secara sederhana diartikan sebagai langkah-langkah menciptakan perubahan melalui cara-cara yang sederhana.
“Tambahan yang diperlukan talent pasca Covid-19 adalah orang-orang yang memahami kondisi masyarakat di sekitar dan mencoba menjawab itu,”
“Hanya dengan kombinasi dari social, human dan digital literacy, kita bisa unggul di post-Covid world.” Tegas Shofwan di akhir sesi.
Pembahasan ketiga yang menjadi pembahasan terakhir disampaikan oleh Akhyari Hananto yang membahas tentang Double Challenges Triple Opportunities. Dalam pembahasannya, Akhyari membahas beberapa poin seperti disrupsi ekonomi, automasi atau digitalisasi, lanskap perubahan ekonomi, hingga peluang ekonomi baru.
Menurut Akhyari, dunia saat ini memang dilanda perubahan yang disruptif tetapi bukan berarti banyak pekerjaan yang hilang akibat digitalisasi, justru ini akan menjadi perubahan-perubahan yang tidak terbayangkan oleh kita sebelumnya.
“Munculnya disrupsi ini juga nanti akan memunculkan spectrum-spektrum pekerjaan baru yang tidak terbayangkan oleh kita,” ujar Akhyari.
Akhyari pun menyadari bahwa saat ini Covid-19 mempengaruhi dunia kerja dengan adanya pemotongan gaji pekerja hingga PHK. Oleh sebab itu pula Akhyari menyampaikan bahwa terdapat peluang baru saat ini yang seharusnya kita sadari, yaitu Ekonomi Kreatif. Menurut Akhyari, saat ini kita sedang menghadapi The Rise of Creative Economy yang sebelum pandemi ini justru kita dihadapi oleh capital-based economy (ekonomi berbasis modal) dan knowledge-based economy (ekonomi berbasis profesi).
“Salah satu yang menjadi sinyal atau tanda kreatifnya orang Indonesia adalah tumbuhnya dunia digital di Indonesia (yang semakin merebak).” Tegas Shofwan di akhir sesinya.
Dengan demikian, webinar ini diharapkan mampu menjadi modal bagi para mahasiswa yang akan segera lulus guna menghadapi kehidupan nyata yang kompetitif.